Rabu, 11 Desember 2013

Persiapan konten Fajar Hidayah TV. Wawancara dengan Bu Fortin ..... (@ Sekolah SIT Fajar Hidayah Kota Wisata - Cibubur. Bogor)


Wawancara dengan Bu Fortin (Guru SMA SIT Fajar Hidayah)

Rabu, 27 November 2013

Seminar Pendidikan







Seminar Pendidikan dengan tema
"Peningkatan Kualitas Guru Guna Menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045".

Seminar Pendidikan yang akan dilaksanakan pada Selasa, 26 November 2013 

di Gedung Sertifikasi Guru UNJ Lt. 9 

menghadirkan pembicara-pembicara hebat.

Pembicara pertama, Prof. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed (Guru Besar UNJ)


Pembicara kedua ada Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd (Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik BPSD dan PMP Kemdikbud),


Mr. Kai Sauer (Duta Besar Finlandia untuk Indonesia).

Banyak yang bertanya-tanya kenapa pembicaranya harus Duta Besar Finandia? Dan kenapa harus menunggu di tahun 2045?


"EDucation System and Teacher Training in Finland


Seminar Pendidikan
"Peningkatan Kualitas Guru Guna Menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045".
  dilaksanakan pada Selasa, 26 November 2013 

di Gedung Sertifikasi Guru UNJ Lt. 9

Duta Besar Finlandia bersama dengan Prof. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed (Guru Besar UNJ)







Mr. Kai Sauer (Duta Besar Finlandia untuk Indonesia).





Sabtu, 23 November 2013

Agenda Kegiatan SIT Fajar Hidayah, kota Wisata - Cibubur

Agenda Kegiatan SIT Fajar Hidayah, kota Wisata - Cibubur :

1. Akreditasi Sekolah SMA SIT Fajar Hidayah : Tgl 18 & 19 November 2013
2. Special Event "Gebyar Muharram 1435 H" : Jumat, 22 November 2013
3. Ujian Akhir Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.
4. Open House Sekolah SIT Fajar Hidayah
5. family Camp : 14 Desember 2013.
6. Science Fair : Januari 2014
7. Special Event :  Nusantara Days,   

Selasa, 19 November 2013

KAPUR TULIS DI SEKOLAH JEPANG



Artikel ini saya sunting dari Fb Kehidupan di Jepang


KAPUR TULIS DI SEKOLAH JEPANG

Saya pernah menemani serombongan pengasuh pondok pesantren yang diundang Deplu Jepang untuk studi banding ke sejumlah sekolah di Tokyo dan Osaka.

Jepang yang canggih. Senantiasa seperti itulah yang tertanam di benak kepala orang yang baru pertama kali ke negara ini. Nuansa inilah yang tertangkap dalam pertemuan hari itu.

Jepang yang berupaya hemat dan awet. Ini yang saya pahami saat menghabiskan waktu mengamati betapa di banyak institusi dan rumah tangga, orang-orang Jepang berupaya memaksimalkan pemanfaatan setiap sumber daya yang digunakannya.

Kunjungan hari itu memang sebuah paradoks bila dilihat di kacamata orang Indonesia. Sebuah SMP sederhana di kawasan perumahan elit, Hiroo, di pusat Tokyo.

(Ssst, ini bukan sekolah nomor satu, tak ada grand piano di aula sekolah, bisik teman, putra seorang diplomat China yang ikut bersama saya)

Rombongan Indonesia hari ini mungkin tak paham cara mengukur elit tidaknya sebuah sekolah dari kehadiran grand piano atau jenis ekstra kurikuler yang asyik, semisal baseball dan bukan hanya baris berbaris. Yang menjadi pembicaraan mereka justru, bangku meja belajar yang tua (tapi tentu sangat bersih dan terawat) dan papan serta kapur tulis.

“Jadi tak ada white board di sekolah ini?”

Seorang kiai bertanya keheranan.

“Pesantren kami lebih canggih dong!”

Kiai yang lain terbahak. Siang itu mereka menemukan sesuatu yang terasa lucu: kapur tulis yang masih digunakan di sebuah sekolah, di sebuah negara yang dijuluki paling canggih di dunia.

Kapur tulis, lantai ubin (bukan porselen atau keramik seperti di sekolah-sekolah kota besar di Indonesia), meja dan bangku kayu berusia puluhan tahun, gedung sekolah yang tak kalah tua.

(Ah tak canggih, kata rombongan Indonesia)

Dan penjelasan pihak sekolah Hiroo? “Kami harus merawat barang dengan baik, tak mudah mengajukan proposal anggaran ATK, uang bangku, fasilitas kelas yang baru, apatah lagi di setiap tahun ajaran baru.”

Papan tulis jelas lebih awet dan hemat dibandingkan whiteboard. Sekotak kapur tulis jelas lebih hemat ketimbang selusin spidol . Ini bukan urusan canggih atau tidak. Ini soal menjalankan aktivitas pendidikan dengan anggaran rasional, memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pendidikan lainnya seperti menggaji guru dengan lebih manusiawi, menyewa pelatih profesional untuk ekstra kurikuler, meski sarana kelasnya tidak canggih-canggih amat…

Jepang yang berusaha hemat dan awet. Saya semakin percaya itu.

kenapa papan tulis tidak warna hitam?
karena warna hijau dapat menyegarkan otak dan meningkatkan fokus. Kenapa? karena setiap warna memancarkan gelombang yang berbeda. Hijau termasuk yang memancarkan gelombang rendah.
Mungkin masalah papan tulis bukanlah masalah bagi banyak orang. Tapi saya percaya hal kecil membawa dampak besar. Kalau kamu pernah baca tentang butterfly effect, kamu akan percaya kalau kepakan seekor kupu-kupu kecil di hutan amazon akan menimbulkan tornado besar beberapa bulan kemudian.

Apa kapur tulis tidak berbahaya?

Kapur tulis memang merupakan produk kimia yang dibuat dari kalsium karbonat, CaCO3. Dalam penggunaannya, debu kapur dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti rasa panas di kulit, iritasi mata, dan gangguan pernapasan. Namun, berdasarkan penelitian Laboratorium ITB, kapur tulis justru tidak membahayakan pernafasan kita. Hal ini karena debu kapur tulis tergolong ukuran besar, butirannya dapat ditahan oleh bulu-bulu hidung, sehingga tidak sempat masuk ke dalam paru-paru, walaupun dapat menyebabkan batuk.

Berbeda dengan kapur tulis, marker yang beberapa diantaranya masih mengandung xylene (zat yang menimbulkan bau khas pada spidol) lebih berbahaya karena partikel yang dihasilkan jauh lebih kecil sehingga dapat masuk ke paru-paru dan mengendap. Dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Selain itu limbah plastik yang dihasilkan dari marker yang sudah tidak dapat diisi ulang kembali dapat meningkatkan jumlah sampah plastik. Seperti yang kita ketahui bahwa plastik adalah material yang membutuhkan proses yang sangat lama untuk dapat diuraikan.

GO GREEN ..

Sumber: http://goo.gl/sm71na

Ada yang bisa baca tulisan di papan tulis?

-Rei Gifu KdJ-

Sabtu, 19 Oktober 2013

INDOCOMTECH 2013

Jakarta Convention Center
30 October – 3 November 2013


Blog Image
 
 Show : INDOCOMTECH 2013  
Venue : Jakarta Convention Center  
Date : 30 October – 3 November 2013  
Hosted by : Apkomindo Indonesia Foundation  
Organized by : PT. Dyandra Promos

Jumat, 20 September 2013




Reggio Emilia Approach

 

                             

Satu lagi metode atau pendekatan pendidikan, terutama untuk anak usia dini, yang berbeda dari pendekatan konvensional, yaitu Reggio Emilia Approach (REA). Pendekatan ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993). Halah, rumit? Memang REA ini adalah sistem yang kompleks, namun sangat menarik perhatian dunia pendidikan anak usia dini selama 50 tahun terakhir.

  
              Loris Malaguzzi

REA diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria berkurang akibat perang, para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh kehancuran, para orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-anaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknya lah mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat dari pemikiran ini lah lalu diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat, tanggung jawab dan kebersamaan melalui eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan memperkaya minat anak.
Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional. REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya. Loris Malaguzzi bahkan sampai menciptakan Charter of Rights yang menjelaskan hak-hak siswa, guru dan orang tua dalam REA untuk memastikan filosofi dan prinsip-prinsip REA selalu diingat oleh para penggunanya. Untuk lebih jelasnya mengenai REA, berikut ini adalah fitur-fitur kuncinya yang saya kutip dari artikel yang ditulis Andrew Loh.


Peranan lingkungan belajar sebagai “guru”
 > Dalam REA, para pendidik sangat memperhatikan lingkungan sekolah karena lingkungan sekolah ini juga berperan “mendidik” para siswa. Penampilan dan nuansa kelas pun akhirnya menjadi prioritas tersendiri pula. Bahkan, lingkungan sekolah sering disebut sebagai “guru ketiga”.
> Keindahan lingkungan di dalam sekolah dianggap sebagai bagian penting dari rasa hormat kepada siswa dan lingkungan belajar mereka.
> Nuansa di dalam kelas dibuat ceria dan penuh dengan kegembiraan.
> Guru mengatur agar lingkungan belajar memancing dan menantang siswa dalam eksplorasi dan pemecahan masalah, biasanya dalam kelompok-kelompok kecil di mana kerjasama dan perbedaan pendapat berbaur namun tetap menyenangkan.
> Hasil karya siswa, atau tanaman yang mereka tanaman, atau koleksi barang yang dikumpulkan siswa dari alam ditampilkan di kelas dan lingkungan sekolah agar bisa dilihat oleh siswa, guru dan orang tua.
> Terdapat area bersama / serba guna di sekolah yang dapat digunakan oleh para siswa untuk berbagai kegiatan seperti pementasan drama atau hanya berkumpul dengan siswa dari kelas lain untuk belajar bersama.


Bahasa simbolis anak-anak yang majemuk
 > Menggunakan seni sebagai bahasa simbolis bagi para siswa untuk mengekspresikan pemahamannya terhadap tugas dan proyek yang sedang dijalankan.
> REA mengintegrasikan seni grafis sebagai alat pengembangan kemampuan kognitif, linguistik dan sosial. Hal ini konsisten dengan konsep Kecerdasan Majemuk karya Dr. Howard Gardner.
> Siswa mempresentasikan konsep dan hipotesa melalui berbagai bentuk seperti gambar, seni, prakarya, drama, musik, pertunjukan boneka ataupun wayang. Hal ini dianggap sangat mendasar bagi pemahaman anak-anak terhadap pengalaman mereka.


 Dokumentasi sebagai penilaian dan pertimbangan
=> Mendokumentasikan dan menampilkan hasil kerja siswa adalah dianggap penting sebagai bagian dari memberi siswa media untuk mengekspresikan, mengunjungi, dan membangun perasaan, ide dan pemahamahan mereka.
=> Mendokumentasikan hasil kerja siswa yang masih dalam proses atau belum selesai pun dianggap sebagai alat penting bagi siswa, guru, dan orang tua dalam proses pembelajaran.
=> Foto-foto saat para siswa terlibat dalam berbagai kegiatan, kata-kata mereka saat mereka mendiskusikan apa yang sedang mereka kerjakan, rasakan dan pikirkan, serta interpretasi mereka terhadap pengalaman yang mereka alami yang dituangkan melalui media visual juga ditampilkan sebagai presentasi grafis dari proses pembelajaran yang dinamis.
=> Guru berfungsi sebagai perekam (orang yang mendokumentasikan) bagi para siswa, membantu mereka melacak dan melihat kembali perkataan dan tindakan mereka sehingga membuat proses pembelajaran menjadi terlihat.


Proyek jangka panjang
=> Mendorong dan memperkaya proses pembelajaran siswa melalui proyek jangka pendek (satu minggu) dan proyek jangka panjang (sepanjang tahun ajaran) yang mendalam dan melibatkan proses merekam, bermain, mengeksplorasi, membangun dan menguji hipotesa.
=> Proyek berfokus pada siswa, mengikuti minat mereka, serta ditinjau berulang-ulang untuk menambah pemahaman baru bagi mereka.
=> Selama proyek, guru membantu siswa mengambil keputusan tentang arah pembelajaran, cara-cara yang akan ditempuh kelompok dalam melakukan riset pada topik, serta media yang akan digunakan untuk merepresentasikan topik.


Guru sebagai peneliti
=> Peran guru dalam REA cukup kompleks. Selain wajib bekerja sama dengan guru lain, peran guru yang paling pertama dan paling utama adalah menjadi pembelajar bersama siswa. Guru berperan sebagai peneliti yang menjadi sumber pengetahuan dan pemandu yang meminjamkan keahliannya pada siswa.
=> Dalam lingkungan yang demikian, guru sebagai pendidik harus cermat dalam mendengarkan, memperhatikan, dan mendokumentasikan pekerjaan siswa dan perkembangan komunitas di kelasnya, serta bertugas memprovokasi dan merangsang proses pemikiran.
=> Guru berkomitmen untuk mengevaluasi pengajaran dan pembelajaran mereka sendiri.
=> Di kelas, guru bekerja berpasangan dan berkolaborasi dengan saling berbagi informasi dan proses mentoring dengan partnernya.


Hubungan sekolah dan rumah
=> Anak-anak, guru, orang tua dan komunitas bekerja sama secara interaktif. Suasana dan komunitas berbasis rasa ingin tahu dikembangkan antara orang dewasa dan anak.
=> Komunikasi dan interaksi antar elemen tersebut dapat memperdalam pemahaman dan pembentukan teori pada anak-anak tentang dunia di sekitar mereka.
=> Program-program pada REA berkonsentrasi pada keluarga. Visi dari Loris Malaguzzi tentang “pendidikan berbasis hubungan” difokuskan pada hubungan setiap anak dengan orang lain dan berusaha mengaktifkan serta mendukung hubungan timbal balik antara anak dengan anak lain, keluarga, guru, masyarakat, dan lingkungan.
REA menantang beberapa pemahaman konvensional tentang kompetensi guru dan juga praktek mengajar yang cocok dengan pola perkembangan anak. Dalam REA, misalnya, guru memahami bahwa kebingungan adalah bagian dari proses belajar. Maka, salah satu strategi mengajar yang penting dari REA adalah membiarkan kesalahan terjadi (bandingkan dengan di sekolah formal konvensional di mana berbuat kesalahan dianggap sebagai hal terburuk yang dilakukan siswa), atau kadang-kadang mengajak siswa memulai sebuah proyek belajar tanpa tahu dengan jelas bagaimana ujungnya nanti.

 

Dalam REA, guru percaya dirinya sendiri dapat merespon ide dan minat para siswa dengan tepat, mereka percaya para siswa memiliki minat luar biasa pada hal-hal yang memang layak mereka pelajari, dan mereka percaya bahwa orang tua peduli, aktif, dan berusaha menjadi bagian yang produktif dan kooperatif dari proses pendidikan. Hasilnya adalah atmosfer komunitas dan kolaborasi yang bermanfaat bagi anak-anak dan juga bagi orang dewasa.*

(Sumber : www.bincangedukasi.com)

Rabu, 04 September 2013

Ekostudi ke Jonggol Farm

Siswa SMP dan SMA SIT Fajar Hidayah akan melaksanakan Ekostudi ke Jonggol Farm.
Waktu : hari Kamis, 5 Septemnyaber 2013 dan Kamis, 12 September 2013

Program Ekostudi merupakan Launching Life Skill Green Lab di Sekolah SIT Fajar Hidayah Kota Wisata cibubur. Tujuan dari kegiatan tersebut, diharapkan siswa memiliki konsep berpikir ilmiah yang baik, mendapatkan pendidikan entrepreneurship, meningkatkan kreatifitas dan daya inovasi siswa.








Senin, 15 Juli 2013

Sabtu, 08 Juni 2013

Acara Perpisahan Kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata, Cibubur (1)

Acara Perpisahan Kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata, Cibubur
Vila Ghittari Puncak, Bogor
9 - 10 Mei 2013

Kegiatan ini diikuti oleh 120 siswa (4 kelas)  kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata Cibubur.

Taman di Samping Vila tempat menginap siswa



Suasana pada saat sarapan pagi


Suasana makan (Makan siang)


Siswa Kelas 6 Putra bermain Futsal, pertandingan antar kelas (ada 4 kelas pada paralel kelas 6)


 Makan Malam

Acara di malam hari di vila Anggur (Di tengah kolam Ikan)

Pintu Gerbang masuk ke Vila Ghittari (Tempat Siswa Menginap)

Acara Perpisahan Kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata, Cibubur (2)

Acara Perpisahan Kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata, Cibubur
Vila Ghittari Puncak Bogor
9 - 10 Mei 2013








 
















Acara Perpisahan Siswa Kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata (3)

Acara Perpisahan Siswa Kelas 6 SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata
Wisata Agro, Gunung Mas, Puncak Bogor
Tgl 9 - 10 Mei 2013