Minggu, 28 Juni 2009

Mencari Strategi Pembangunan Indonesia Menuju 2020

Laporan dari Den Haag
Mencari Strategi Pembangunan Indonesia Menuju 2020
Eddi Santosa - detikNews
(Sumber DetikNews.com)

Den Haag - Para pelajar dan intelektual Indonesia di luar negeri akan berkumpul untuk membahas dan mempersiapkan misi dan strategi bangsa Indonesia menghadapi tantangan dunia 2020.

Kegiatan yang akan digelar di Gedung Museon, Denhaag (3-5/7/2009) berformat simposium internasional itu merupakan kolaborasi bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan Aliansi PPI Luar Negeri atau Overseas Indonesian Students Association Alliance (OISAA).

Simposium bertema Visi dan Misi Intelektual Indonesia di Luar Negeri: Strategi Pembangunan Indonesia Menuju 2020, itu menurut rencana akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui teleconference.

Siaran pers panitia yang diterima detikcom hari ini (27/6/2009) melalui Sekjen PPI Belanda menyebutkan bahwa hasil yang diharapkan dari simposium ini antara lain memberikan rekomendasi bagi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di berbagai sektor.

Selain itu juga diharapkan akan terbentuk organisasi yang menghubungkan seluruh intelektual muda Indonesia di luar negeri untuk aktif bersama-sama memberikan kontribusi untuk bangsa Indonesia, serta terbentuknya database intelektual muda Indonesia di seluruh dunia untuk kemudian dapat bekerja sama dengan pemerintah.

Disebutkan bahwa Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, J.E Habibie menyambut baik kegiatan ini. Sebagaimana telah dilakukan dalam dua tahun terakhir, KBRI Den Haag selalu berusaha maksimal untuk menumbuhkembangkan antusiasme dan semangat pelajar Indonesia di luar negeri untuk terus berkarya demi bangsa dan negara.

“Semangat itulah yang mendorong mereka untuk bersama-sama berjuang dengan para pemuda dan pelajar Indonesia di dalam negeri, saling berkolaborasi, bersatu untuk sebuah masa depan Indonesia yang lebih baik,” demikian Dubes.

Modal Nul Koma Nul

Ketua Panitia Achmad Adhitya mengatakan bahwa ketika ide ini digagas tak ada uang untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Tak ada jaringan untuk menghubungi para ilmuwan, pemerintah dan jaringan kepemudaan. Yang ada hanyalah semangat bahwa hal yang dikerjakan ini diharapkan dapat memberikan sebuah sumbangsih untuk masa depan bangsa.

"Perlahan ide ini disosialisasikan ke beberapa pemuda Indonesia di belahan dunia yang lain. Seperti api kecil yang terus menerus ditumpahi minyak, semangat itu kian berkobar keseluruh penjuru dunia,” papar Adhitya.

Sementara itu Sekjen PPI Belanda Yohanes Widodo, akrab disapa Masboi, menuturkan bahwa sebanyak 30-an PPI di seluruh dunia terlibat dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan. Namun ada beberapa perwakilan PPI yang tidak bisa datang ke Den Haag karena kendala visa dan keuangan.

"Untuk pertama kali dalam dua puluh tahun terakhir pelajar Indonesia di luar negeri berkumpul dan menggelar acara simposium internasional bersama," ujar Masboi.

Menurut Masboi, ini sesuatu yang luar biasa. "Rasa banggalah yang kemudian menyadarkan kita semua bahwa di mana pun kita berada, kita bisa dan harus selalu berkarya untuk bangsa,” tandasnya.

Agenda

Pada hari pertama akan ada bincang-bincang dengan Sekretaris Menpora Anis Baswedan PhD, Cut Maghfira, dan Dr. Nasir Tamara. Disusul ceramah umum Reposisi Indonesia di Percaturan Internasional oleh Jubir Kepresidenan Dr. Dino Pati Djalal.

Setelah itu diskusi panel Pemanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia dalam Konteks Kerjasama dengan Pihak Asing dengan pembicara HM Rusli Zainal, Agusman Effendi, Henricus Herwin. Disusul panel kedua dengan tema Regenerasi Ilmuwan Muda dan Brain Gain Pemuda Indonesia.

Pada hari kedua akan menampilkan presentasi dan diskusi ilmiah di enam komisi yang dikoordinir oleh PPI UK, PPI Jerman, PPI Singapura, PPI Yaman, PPI Belanda, dan PPI Australia. Agenda hari ketiga adalah Pembentukan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4).

(es/es)

Tidak ada komentar: