Selasa, 19 November 2013

KAPUR TULIS DI SEKOLAH JEPANG



Artikel ini saya sunting dari Fb Kehidupan di Jepang


KAPUR TULIS DI SEKOLAH JEPANG

Saya pernah menemani serombongan pengasuh pondok pesantren yang diundang Deplu Jepang untuk studi banding ke sejumlah sekolah di Tokyo dan Osaka.

Jepang yang canggih. Senantiasa seperti itulah yang tertanam di benak kepala orang yang baru pertama kali ke negara ini. Nuansa inilah yang tertangkap dalam pertemuan hari itu.

Jepang yang berupaya hemat dan awet. Ini yang saya pahami saat menghabiskan waktu mengamati betapa di banyak institusi dan rumah tangga, orang-orang Jepang berupaya memaksimalkan pemanfaatan setiap sumber daya yang digunakannya.

Kunjungan hari itu memang sebuah paradoks bila dilihat di kacamata orang Indonesia. Sebuah SMP sederhana di kawasan perumahan elit, Hiroo, di pusat Tokyo.

(Ssst, ini bukan sekolah nomor satu, tak ada grand piano di aula sekolah, bisik teman, putra seorang diplomat China yang ikut bersama saya)

Rombongan Indonesia hari ini mungkin tak paham cara mengukur elit tidaknya sebuah sekolah dari kehadiran grand piano atau jenis ekstra kurikuler yang asyik, semisal baseball dan bukan hanya baris berbaris. Yang menjadi pembicaraan mereka justru, bangku meja belajar yang tua (tapi tentu sangat bersih dan terawat) dan papan serta kapur tulis.

“Jadi tak ada white board di sekolah ini?”

Seorang kiai bertanya keheranan.

“Pesantren kami lebih canggih dong!”

Kiai yang lain terbahak. Siang itu mereka menemukan sesuatu yang terasa lucu: kapur tulis yang masih digunakan di sebuah sekolah, di sebuah negara yang dijuluki paling canggih di dunia.

Kapur tulis, lantai ubin (bukan porselen atau keramik seperti di sekolah-sekolah kota besar di Indonesia), meja dan bangku kayu berusia puluhan tahun, gedung sekolah yang tak kalah tua.

(Ah tak canggih, kata rombongan Indonesia)

Dan penjelasan pihak sekolah Hiroo? “Kami harus merawat barang dengan baik, tak mudah mengajukan proposal anggaran ATK, uang bangku, fasilitas kelas yang baru, apatah lagi di setiap tahun ajaran baru.”

Papan tulis jelas lebih awet dan hemat dibandingkan whiteboard. Sekotak kapur tulis jelas lebih hemat ketimbang selusin spidol . Ini bukan urusan canggih atau tidak. Ini soal menjalankan aktivitas pendidikan dengan anggaran rasional, memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pendidikan lainnya seperti menggaji guru dengan lebih manusiawi, menyewa pelatih profesional untuk ekstra kurikuler, meski sarana kelasnya tidak canggih-canggih amat…

Jepang yang berusaha hemat dan awet. Saya semakin percaya itu.

kenapa papan tulis tidak warna hitam?
karena warna hijau dapat menyegarkan otak dan meningkatkan fokus. Kenapa? karena setiap warna memancarkan gelombang yang berbeda. Hijau termasuk yang memancarkan gelombang rendah.
Mungkin masalah papan tulis bukanlah masalah bagi banyak orang. Tapi saya percaya hal kecil membawa dampak besar. Kalau kamu pernah baca tentang butterfly effect, kamu akan percaya kalau kepakan seekor kupu-kupu kecil di hutan amazon akan menimbulkan tornado besar beberapa bulan kemudian.

Apa kapur tulis tidak berbahaya?

Kapur tulis memang merupakan produk kimia yang dibuat dari kalsium karbonat, CaCO3. Dalam penggunaannya, debu kapur dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti rasa panas di kulit, iritasi mata, dan gangguan pernapasan. Namun, berdasarkan penelitian Laboratorium ITB, kapur tulis justru tidak membahayakan pernafasan kita. Hal ini karena debu kapur tulis tergolong ukuran besar, butirannya dapat ditahan oleh bulu-bulu hidung, sehingga tidak sempat masuk ke dalam paru-paru, walaupun dapat menyebabkan batuk.

Berbeda dengan kapur tulis, marker yang beberapa diantaranya masih mengandung xylene (zat yang menimbulkan bau khas pada spidol) lebih berbahaya karena partikel yang dihasilkan jauh lebih kecil sehingga dapat masuk ke paru-paru dan mengendap. Dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Selain itu limbah plastik yang dihasilkan dari marker yang sudah tidak dapat diisi ulang kembali dapat meningkatkan jumlah sampah plastik. Seperti yang kita ketahui bahwa plastik adalah material yang membutuhkan proses yang sangat lama untuk dapat diuraikan.

GO GREEN ..

Sumber: http://goo.gl/sm71na

Ada yang bisa baca tulisan di papan tulis?

-Rei Gifu KdJ-

Tidak ada komentar: